Kelak Lumpuh Berlalu
Kelak berlalu.
Yang menjadi masa lalu tinggal lalu.
Lantas, apa yang ditunggu?
Daku hanya perlu melaju jangan ragu.
Oh, sungguh.
Jika melajuku bisa melaju.
Sudah dari dulu daku rela beradu padu menyisir rapuh.
Melenggang hilang bak gerimis petang menjauh.
Nyatanya, kelakku susah berlalu.
Sudah kenyang ia lantaran cintanya terlalu.
Tersebab lukisan luka begitu utuh mendayu maju.
Menerkam siapa-siapa yang siap begitu.
Dakupun mati rindu, sungguh.
Entah siapa yang begitu terlalu.
Apa luka, kamu, atau daku.
Kemudian, aku menunggu untuk bisa melaju.
Menunggu bisa mensejajarkan langkah denganmu tuanku.
Meski begitu, aku tetap berhenti di kamu. Dengan kamu yang terus melaju tanpa aku.
Begitulah rupanya tuanku.
Kelakku memang susah dilalu.
Oh, smoga kau tak begitu.
Tak perlulah seperti aku yang lumpuh untuk melaju.
Tuanku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diposting oleh






0 komentar:
Posting Komentar