0

Aku Bernama Tanpa Kamu

Aku,
beserta seluruh kerinduan ini
Mengadu
Pada tiap-tiap sendu langin
Jejeran bintang yang redup

Aku,
bersama mimpi kelam penuh asa ini
Merintih, bergegas pergi namun masih
Beranjak, meski merangkak

Aku, berjuta kali berkata
Bisanya melangkahi batas kita
Seperti mendung yang menghantam matahari
dan engkau terus berlari

Aku,
terlahir bernama aku, tanpa kamu
"Titik!", kata Ayah Ibuku
Apalagi katamu
APA LAGI?

Setelah turun menapaki tangga tanpa salam,
Kau lupa, pernah mengetuk rumah dengan sopan.
0

Kelak Lumpuh Berlalu

Kelak berlalu,
yang menjadi masa lalu tinggal lalu
Lantas, apa lagi yang ditunggu?
Daku hanya perlu melaju jangan ragu.

Oh, sungguh.
Jika melajuku bisa melaju
Sudah dari dulu Daku rela beradu padu menyisir rapuh
Melenggang hilang bak gerimis petang menjauh
Nyatanya, kelakku susah berlalu
Sudah kenyang Ia lantaran cintanya terlalu
Tersebba lukisan luka begitu utuh mendayu maju
Menerkam siapa-siapa yang siap begitu

Dakupun mati rindu. Sungguh.
Entah siapa yang begitu terlalu
Apa luka, Kamu, atau Daku
Kemudian, Aku menunggu untuk bisa melaju
Menunggu bisa mensejajarkan langkah denganmu, Tuanku

Meski begitu, aku tetap berhenti di Kamu.
Dengan kamu yang terus melaju tanpa Aku
Begitulah rupanya, Tuanku.
Kelakku memang susah dilalu
Oh, semoga kau tak begitu
Tak perlulah seperti aku yang lumpuh untuk melaju
Tuanku...
0

Desemberku Tiba

Desemberku tiba
Aku senang akhirnya aku harus menghancurkan sisa kenangan yang kian menyusahkan.
Bersama semua keceriaan di malam tahun baru yang kian mendekat, aku harus belajar melepasmu dan berharap akan ada permulaan indah di depan sana.
Seperti akhir desemberku yang diterangi lampu-lampu kembang api yang pecah membabi buta bersama  bintang di langit sana.

Tuan, ingin sekali aku merekatkan semua kenangan pada bara kembang api yang melesat cepat hingga berhamburan lepas di langit sana.
Pecah dan hilang kemudian di telan malam.
Kau pula.

Saat riuh tepuk tangan makin ramai merayakan kemenangan akan semua kenangan-kenangan yang siap untuk ditinggalkan, aku pula siap meninggalkan kamu.
Bersamaan tawaku yang melayang tak karuan menikmati malam pelepasan itu.
Semua kian kabur dalam ingatan.

Saat malam makin malam, semua riuh perlahan hilang.
Tawa-tawa perayaan tadi menyusut dan melemah hingga tak lagi terdengar.
Semua gemerlap kembang api yang berhamburan tiba-tiba melesat diam
Semua hening seperti malam-malam biasa.

Akupun sadar bahwa semua riuh tadi berganti gemuruh kerinduan padamu
Bahwa kenangan itu akan tetap menjadi kenangan yang pekat dan menggebu
Bahwa semua cerita itu akan tetap menyatu dalam aku
Bersamaan rindu yang kian menyusup penuh, aku pernah mencoba melupakanmu.

Desemberku tiba, dan aku masih tinggal di masa itu.
Back to Top