Ini perihal rinduku yang tak berkesudahan.
Menyusup rapi dalam tegarku yang tinggal setengah.
Rapuh dan melunturkan kuat menahannya.
Beginikah rasanya, tuan?
Bisakah kau jelaskan siapa pemilik rindu ini?
Tiap-tiap yang datang dan pergi melenggang samar hingga hilang bak kabut pagi ini.
Meninggalkan gigil kerinduan pada hati yang siap mengembang.
Tuan, lelah rasanya.
Membiarkan rindu ini berkembang pesat sendirian.
Semakin ditahan, makin melahirkan rindu-rindu kecil akan dirimu.
Suaramu, tawamu, lelucon konyolmu yang kerap kali kau tancapkan pada obrolan-obrolan lalu.
Bahkan aku rindu caramu melukis sakit sedalam itu.
Kau pergi dan hanya meninggalkan bekas kerinduan yang tak terjamah oleh yang lain.
Bisakah datang menghapusnya?
Membuat rindu kian samar hingga jadi damai.
Ah, jikalau kau datang malah membuat gentar hatiku menahanmu menetap.
Hingga kadar rinduku pun makin menjadi saat kau pilih akan pergi lagi.
Sudahlah, biar rindunya menggebu dalam sendiriku.
Biar ia mati nanti.
Sekali lagi, ini perihal rinduku yang tak berkesudahan.
Diposting oleh






0 komentar:
Posting Komentar