0

Mungkin Kita Keliru, Tentang Melupakan dan Mencintai

Aku hanya tidak tau bagaimana ini semua bermula. Kita bertemu, mencinta, lalu aku harus menjalani siklus hidup tersulit disejauh aku menikmati hidup. Melupakan; melupakanmu tepatnya.

Semuanya berjalan begitu cepat, ketika aku sadar bahwa aku sudah harus berbenah hati dan meninggalkan kamu yang sudah cukup lama tertidur didalam hatiku. Entah kamu yang enggan pergi dari hatiku atau malah aku yang selalu menahanmu. Aku tak memintamu percaya bahwa kamu masih dihati ini, karna aku tau hatimu begitu dingin untuk kusentuh dengan hatiku yang tidak beralaskan kain penghapus luka. 

Sampai pada titik ini, aku jenuh dengan rasaku. 3 tahun berasa sangat singat buatku untuk berhenti mencintaimu, Teman. Aku masih ingin mencintaimu, ahh bukan masih ingin, tapi aku hanya ingin mencintamu. Entah dimana kau taruhkan hatimu yang keras itu, entah dimana kau letakkan bayanganku sampai-sampai membuat bayanganku terlintas sedetik dibenakmu pun sulit aku lakukan. Kau begitu sibuk dengan dunia-dunia barumu, mungkin. Boleh aku tanya satu hal? Bisakah kamu fokus pada perempuan yang sedari lama memfokuskan hatinya untuk kamu lihat dengan cinta? Tidak. Ahh iya, kamu takkan pernah bisa. Aku sudah tau itu. Entah aku yang begitu tolol karna terlalu mencintaimu atau kamu yang begitu tolol karna tidak pernah memahami cinta yang sesungguhnya aku perlihatkan diam-diam dari kejauhan.

Aku benar-benar lelah, sayang. Rasanya aku ingin tidur dan bangun dalam keadaan tidak mengenalmu sama sekali. Tapi bagaimana bisa aku lakukan, jika ternyata alam bawah sadarku saja masih begitu dekat denganmu. Bagaimana bisa aku melupakanmu? Jika sebenarnya dalam retinaku aku masih melihat bayanganmu walau sudah mulai pudar.

Aku terlalu jauh untuk sabar dan memaklumi kekerasan hatimu, sampai saat ini pun akulah yang masih menikmati perasaan cinta yang sudah membosankan namun masih ingin aku rasakan. Kamu begitu jauh untuk aku dekap, dan kamu begitu dekat untuk aku lupakan. Lalu apa yang bisa aku lakukan?

Apakah aku begitu tidak ada artinya dimatamu? Hingga sikapmu seolah menyuruhku untuk segera melupakanmu, walau itu dengan cara lembut. Jika memang iya, maka tak apalah. Atas itu aku memaafkanmu, jauh sebelum kamu merasa kamu bersalah. Aku tau kamu hanya keliru dimana saatnya kamu menghargai perasaan orang lain dan dimana saatnya kamu menghargai perasaanmu sendiri. Dan aku tau aku juga keliru dalam melupakanmu yang justru membuat aku semakin jauh untuk mencapai target sempurna dalam melupakanmu.

Entahlah, mungkin memang benar, kamu begitu berarti, hingga kamu pun lupa bagaimana mengartikan seseorang pencintamu bahwa sesungguhnya ia jauh lebih berarti untuk sekedar kamu abaikan. Dan mungkin suatu saat, kamu akan berbalik mengatakan bahwa sesungguhnya yang saat ini sedang berusaha melupakanmu adalah yang akan kamu berartikan dihidupmu suatu saat nanti. Adalah aku.


0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top