Cinta, setelah kepergianmu yang tak pernah mau aku pahami jalannya, yang tak bisa aku mengerti mengapa, aku hanya bisa diam. Terhipnotis pada kesendirianku, sama seperti dulu ketika aku tidak sama sekali mengenalmu, menjumpaimu pada malam-malam sepi dihiasi angan.
Sudah kukatakan, aku terbiasa sendiri (lagi) disetiap malam-malam kelam. Tak apa, jawabku sendiri. Aku sudah belajar banyak hal dulu sebelum kisah kita kutulis, ketika aku hanya berani menyimpanmu rapat dalam relung. Aku sudah membiasakan diri menomer duakan kamu setelah kesibukkanku yang bisa membuat aku tenang ketika kenyataannya aku hanya menjadi perempuan yang mencintamu dalam diam. Sekarang aku kembali, menjadi yang dulu lagi. Memprioritaskan kesibukkanku dan menomer duakan kamu.
Sepertinya berlaga bahagia didepan semua orang didunia lebih membuat aku tertantang untuk menjadi perempuan yang tegar, kuat. Berlaga melukiskan senyum palsu yang semua orang hanya paham itu adalah bahagia, tanpa tau apa dibalik senyum palsu itu. Buktinya, sudah ada saja yang kagum pada ketegaranku, dan saat itu aku tau aku berhasil terlihat tegar didepan semua orang.
Setelah kepergianmu, kita melangkah sendiri-sendiri. Khayalan-khayalan kita yang pernah ingin kita lakukan berdua, masa depan kita, semua cukup sampai disitu. Sampai pada sebuah titik dimana kita sama-sama jenuh dengan keadaan, pada jarak yang memisah. Sebenarnya aku bisa saja mempertahankan kamu, namun rasaku tak cukup sampai disini, bahagiaku tak cukup sampai pada aku menjadi milikmu dan kamu menjadi milikku. Aku butuh kamu, hati kamu yang melirikku tak setengah seperti ini. Cinta, itu bahagiaku! Kamu paham?
Setelah kepergianmu, aku mulai menata kembali tiang-tiang perasaan yang sempat roboh dan remuk tak tertata rapi. Sisa-sisa perasaan yang sulit aku jelaskan dengan kata, tapi bisa kulukiskan dengan rasa. Malam-malam dimana kita terbiasa memulai perbincangan panjang, sebenarnya saat itu, aku sudah memelukmu, memeluk erat bayangmu dari kejauhan. Dalam jarak sejauh itu, aku bisa merasakan kehadiranmu melekat disampingku. Aku terbiasa memelukmu pada saat bintang mulai bertaburan. Dan apakah yang bisa aku lakukan setelah kepergianmu? aku tertunduk lemas menatap langit-langit kamarku dan seolah membuat bayanganmu sendiri disana. Terkadang aku tersenyum basi saat itu, dan meyakinkan diriku, menguatkan diriku sendiri, "sudahlah"
Setelah kepergianmu, aku kira semua akan berakhir, hilang begitu saja dimakan waktu dan kesibukkanku. Tapi, semakin kesini, semakin jauh kita, semakin mengarah pada perasaan ingin melupakan, aku malah ingin mengangkat tangan tanda tak mampu. Aku menyerah. Aku kira cinta cukup sampai disini. Sampai pada titik dimana kita sama sama meninggalkan, meski kamu yang lebih dulu. Aku kira cinta cukup sampai disini, cukup sampai pada saat dimana kamu benar-benar melupakanku. Aku kira, cinta cukup sampai disini, sampai pada saat aku menyerah mempertahankanmu. Namun cintaku ini apa? Apa layak disebut cinta? Cinta sejati misal, apakah kamu cinta sejatiku? Pantaskah aku berbicara soal cinta, tanpa paham betul konsep cinta dan mencinta.
Setelah kepergianmu, setelah cinta tak cukup sampai disini, setelah tangis malam-malam kelamku, setelah saat itu aku paham, aku seperti ini hanya karna aku mencintaimu. Cinta tak cukup sampai disini, sampai pada semua berakhir cinta masih bisa saja dipupuk atau tak sengaja terpupuk hingga masih menjadi-jadi dalam hati. Cinta tak cukup sampai disini, sampai pada titik dimana aku ingin melupakanmu. Aku bisa saja nelupakanmu dalam hari-hariku, namun aku tak kan bisa sampai disitu. Aku hanya akan sampai pada titik dimana aku akan berusaha melupakanmu, tapi tidak melupakan. Bagiku cinta ini adalah kamu. Bagaimana bisa aku berlaga cinta cukup sampai disini sedang aku masih cinta-cintanya?
Aku mencintaimu, dan cinta tak cukup sampai disini. Sampai kita berakhir bahkan aku bisa saja merindukanmu dan menyimpanmu rapat-rapat (lagi) dihati, hingga suatu hari Tuhan memberi jawaban bahwa aku tercipta hanya untukmu, dan kamu tercipta untuk memberi cinta dan membuat bahagia dihariku. Cinta tak cukup sampai disini, sayang. Cinta akan berakhir ketika Tuhan mengajakku untuk berpindah tempat dan mempertemukanku pada sosok lain disana. Dan saat itu kamu akan merasakan bagaimana cintaku cukup sampai disini.
Diposting oleh






0 komentar:
Posting Komentar