0

Mungkin Sayang atau Cinta

HAAAAAAIIIIII CIIIIIN :)
Uda beberapa bulan ni? terhitung dari bulan november 2012 aku ga buka blog haha.
okeh, malem ini aku dateng lagi ni, buat ngepost cerpen aku yang aku bikin pas pertama kail masuk SMA, tepatnya ini pertama kali bikin cerpen.
dan tulisan ini ga aku edit lagi sedikitpun.
ini cerita nyata dari aku di masa SMA kelas 1, Maaf pada teman saya kalo peran disini sangat terlihat jelas menggambarkan dia. hehe
okeh, yuk caaaaaaaawwwwwww
judulnya, mungkin sayang atau cinta *LATE POST*:)

 Terpaku aku sendiri, termenung dalam sepi, yang hanya ditemani hembusan angin malam ini. Hanya bisa aku merasakan pahitnya hati kecewa melihat hati seseorang yang telah termiliki. Hingga membuat hatiku lebih memilih meninggalkan perasaan itu yang selalu membuat aku terkubur dalam sepi.
Aku melalui hari-hariku dengan caraku sendiri. Terkadang mencoba tersenyum dan terkadang juga marah-marah. Mencoba selalu terlihat tegar meski itu sangat sulit. Aku hanya bisa tersenyum, terhibur oleh sosok lelaki, namanya Landy. Hari-hariku dipenuhi saat-saat bersamanya di sekolah. Tawa dan senyum gembiranya yang mengiringi awal kedekatan kami berdua.
Awalnya, betapa indahnya aku bisa merasakan kebahagiaan bersamanya. Dekat dengannya adalah suatu hal yang menyenangkan. Bersamanya membuat aku melupakan segalanya yang membuat aku terhanyut, terhampar dalam sepi. Hingga mungkin aku menjadi sayang, tapi keraguan menumpuk dihatiku mungkin perasaan sayang atau bukan. Aku tidak bisa mengartikan perasaanku sendiri, hanya waktulah yang bisa menjawabnya.
Libur sekolah telah tiba, aku pergi liburan kerumah tante. Disana memang kadang membosankan. Suatu malam yang sepi dan sunyi menarik aku untuk sms Landy, karena malam itu sepi melandaku, awalnya memang iseng tapi kami jadi balas-balasan sms.
”Landy”
”kau lagi ngapoen dan udah maem lum ?”
”aku”
”lagi nonton. Aku lum maem, males ah. Kalu kau ?“
Lama dia tidak membalasnya. Aku mengirim pesan berulang-ulang tapi belum ada balasan. Tralalala.... nada pesan masuk diponselku.
”Landy”
”sorry yank, tadi lagi maen catur. Gek sakit pulok”
”aku”
”hoooooiiii Lan.. kau ne salah kirim e ? aiii kau nee”.
”Landy”
”idak kok,, itu emang tuk kau. Kau tu temen yang aku sayang, tapi dak berarti cinta kan?”
”aku”
”ini beneran Landy kan ? gek kau Cuma nak maenin aku be ?”
”Landy”
”idak kok, ni beneran aku”..
”aku”
”ooo.. trus maksudnyo gek sakit lagi t apo?”
”Landy”
”gek kau sakit lagi yank”.
Sambil membalas smsnya aku termenung, tersentak, menatap langit-langit terbayang wajahnya. Hati ini seakan berkata bahwa aku juga menyayanginya.
 ”aku”
 ”terus ngapo nak panggil sayang-sayang tu ?”
 ”Landy”
 ”dak apo, dak marah kan?”
 ”aku”
 ”oo.. idak kok. Tapi sejak kapan aku sayang mo aku?”
 ”Landy”
 ”sejak SMP tu nah,, waktu kito deket”.
 ”aku”
 ”eeehhm.. Aku panggil kau kakak be e ?”
 ”Landy”
 ”jadi,, aku panggil kau adek e ?”
 ”aku”
”terserah seh ! tapi, lucu dak e panggil kau kakak?”
”Landy”
”idak kok dek”.
”aku”
”ooo.. yoh udah kak e,, met bobok”.
 ”Landy”
”met bobok adekku.. have a nice dream”.
Aku hanya bisa tersenyum, tertawa dalam hati. Betapa tidak percayanya aku, orang yang selama ini dekat dengan aku ternyata dia sayang dengan aku. Kata-kata disetiap pesannya itu selalu berkesan dihatiku. Kata sayangnya yang buat aku semakin menyayanginya. Dalam ponselku hampir penuh dengan namanya. Kata-kata sayangnya memanjakan aku, terbuai dalam keindahan bersamanya.
Malam yang dingin itu dihiasi pancaran  bintang dan ditemani lagu kesukaanku. ”kusuka dirinnya mungkin aku sayang, namun apakah mungkin kau menjadi milikku”. Secepat mungkin aku tersentak, terdiam, terfikir perasaanku. Aku hanya bisa diam, lagu itu semakin meyakinkan aku bahwa aku sangat menyayanginya. Kedekatanku dengannya mengubah segala keterpurukanku kedalam cahaya keindahan.
Hadirnya dirinya bukan aku yang memintanya, bukan pula aku yang mengharapnya tapi kehadirannya itu datang dari kehendaknya sendiri dalam hariku bawa tawa dan senyum yang telah lama hanyut dalam sepi hingga membuat aku menyayanginya atau mungkin mencintainya.
Libur sekolah telah berakhir. Aku masuk sekolah seperti biasa. Tapi, tidak seperti biasanya terlihat sosok lelaki yang hadir ketika aku dilanda sepi, dia terlihat aneh, mungkin lebih terlihat beda dari yang sebelumnya. Dia tampak seperti malu menemani aku kala sepi menyapaku lagi. Seketika itu aku merasa perasaan sayang ini si-sia. Hanya bisa membuat hancur hatiku. Aku takut kehilangannya tapi sifatnyalah yang membuat aku ingin melupakan saat bersamanya. Inginku hapus canda dan tawa saat bersamanya dan juga ingin membuang perasaanku yang tak menentu ini.
Hingga sampai saat ini, aku masih sendiri. Terlalu menghayati semua yang terjadi, sampai akhirnya aku lebih memilih melupakannya. Sosok yang selalu kubanggakan kini telah berubah. Tak mudah aku melupakannya, karena dirinya hadir dihariku, bayang-bayangnya mengingatkan aku ketika bersamanya. Entah bagaimana caranya agar mudah melupakan lelaki seperti dia. Begitu mudah aku menyayanginya tapi tidak setimpal dengan ketika aku ingin melupakannya, betapa sulitnya rasa benci itu hadir, meski aku nampak seperti membencinya tapi dari lubuk hatiku nampak wajah sepiku. Aku selalu mencoba terlihat bahagia, hingga akhirnya aku bisa melupakannya. Namun, Aku tetap tebarkan senyum dengannya, aku membuktikan kalau aku bisa tanpanya.
Setelah aku melupakan semua saat bersamanya, yang telah aku kubur dalam-dalam dihati, seketika itu begitu mudah pula dia hadir lagi. Dia temani aku lagi tanpa sebab yang pasti. Dia hadir tanpa merasa bersalah dan aku menerima kehadirannya. Perhatiannya dia berikan kepadaku, dia juga memanggil aku seperti dulu. Betapa bahagianya aku merasa terbuai dalam perhatiannya lagi.
Hari jum’at siang, hari yang cerah, mentari seakan menampakkan cahaya keindahan mengiringi panasnya matahari. Tepat jam plus, aku tidak masuk kelas, karena ada hal yang tidak bisa aku tinggalain. Hari itu Landy juga ikut belajar denganku. Aku dan Landy ditemani guru kimia, aku belajar sendiri sedangkan Landy belajar dengan ibu Rum. Setelah selesai aku diajak belajar dengannya, ibu Rum juga mengajakku, tapi anehnya Landy begitu semangatnya mengajakku.
”ayolah zah, gek kau duduk dengan aku be”.(ucab Landy sangking semangatnya).
”tapi dak enak samo kawan-kawan kau”.(jawabku merasa tak enak).
”aii,, dak apo lah.. ayok !” (ajak Randy sedikit memaksa).
Aku langsung menerima tawarannya dan segera menuju ruang kimia. Sepanjang perjalanan aku ngobrol-ngobrol dengannya. Betapa bedanya dia hari ini, dia tampak perhatian denganku. Diruang kimia kami hanya berdua, kami ngobrol-ngobrol dengan asyik. Ternyata ibu Rum tidak masuk kekelasnya, jadi kami ditinggalin berdua. Aku sangat senang bisa berdua dengannya. Hening hadir ditengah-tengah kami, dalam hati aku berkata ”andai hari ini tidak cepat berlalu, aku ingin seperti ini dengannya, dekat dengannya”. Tak lama, terdengar suara temen-temannya datang, keributan pun hadir.
”hoiii,, kamu ni ngapoilah dari tadi disini?”
”beeeeww,, mojok e kamu beduo ?”
”iisssh dah kamu ni, beduoan be e? Ngapo be lah kamu ni?”(ucap salah satu temannya).
”dak ngapo-ngapoi ooii, baseng be”.(jawabku).
”aku lah ado yang baru nah” (ucap Landy sambil menunjukku).
”beeewh kamu nee,, mojok nean berarti dari tadi?”
”iiyoo,, kami mojok disini” (jawab Landy).
Aku hanya tersenyum bahagia, juga tersenyum tersipuh malu.
Bel pulang berbunyi, aku langsung pamit dengan Landy.
”Landy, aku balek dulu e?”(ucabku pada Landy).
“Iyo“. (jawab Landy lalu,,,)
”Rhiza“ (Landy memanggilku, aku langsung menoleh pada Landy).
”tas kau dimano?” (tanya Landy seakan peduli).
”aku be dak tau dimano?”(jawabku memang benar-benar tidak tau).
”nak dikawani dak nyarinyo?”(tawar Landy yang ingin membantuku).
”hheeemmbb,,,boleh, ayok”.(jawabku cepat).
Aku berjalan berdampingan dengannya. Betapa indahnya saat-saat ini, tak bisa aku lupakan semuanya.
”Eehm,ehm”... (ucap temanku).
”iiiissh dahh, dilamo-lamoin nean jalannyo tu ? biar biso beduo”.
”beeewwh kau ne, baseng be”. (jawabku).
Aku langsung mengambil tasku dan berjalan bareng dengannya lagi. Tebar senyumku tampak diwajah, kali ini senyum yang penuh dengan keindahan bukan penuh dengan kekecewaan. Tak ingin aku melupakan semua ini. Tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata betapa bahagianya saat-saat ini. Diujung jalan setapak aku dan dia berlawanan arah. Dia pun langsung pamit.
”za, aku balek yo”.(ucab Landy pamit padaku).
”yap“.. (jawabku singkat).
Aku pulang dengan membawa senyum yang bahagia. Hanya bisa aku lukiskan betapa bahagianya aku. Sesampainya dirumah aku membuat catatan difacebook tentang dia, tentang saat aku bersamanya tadi disekolah, yang isinya tentang perasaan bahagiaku ketika dekat dengannya. Malam minggu, ini malam yang cerah, begitu banyak bintang-bintang bertebaran menghiasi langit malam yang indah. Aku tertarik membuka facebook, aku lihat ada pemberitahuan. Aku kaget, ternyata Landy menyukai statusku yang sudah lama, dia menyukai album fotoku, menyukai catatan yang aku buat khusus untuknya, dan dia mengomentari salah satu statusku. Aku tersentak kaget, terbuai dalam keraguan. Dia membuat aku sangat kaget ketika dia memanggilku ”adek”.
”statusku”
”hanya 1 inginku”
”Landy”
”apa dek?”
”aku”
”adek?.. alahh tumbent.. Cuma pengen bahagia mu seseorang”.
Duhai bintang, haruskah aku terlalu bahagia. Hadirnya dirinya membuat aku selalu merasa bahagia. Dia membawa aku kedalam keindahan bersamanya. Hari minggu pun berakhir. Seperti biasa upacara pagi terlaksana, aku menjadi tim paduan suara. Ketika hendak bernyanyi ada temanku memanggilku, namanya Ani. Dia bercerita bahwa ada sesuatu yang pasti buat aku tersenyum bahagia.
”ni, apo yang nak kau ceritoi?”(tanyaku penasaran).
”adolah, peh kito ketempat sepi be”.(ajak Ani padaku).
”peh,, ditanggo tu be”. (ajakku balik pada Ani).
”ayok” ( jawab Ani).
”za, tau dak? Hari kamis kemaren Landy nyeritoi kau”.(Ani langsung bercerita)
”cerito cak mano?”(tanyaku dengan nada sangat penasaran).
”za, cak ne e.. katonyo dio tu bingung nak nyari cewek tu sapolah? Trus aku jawab “lah Rhiza ado, dio tu cantik, pinter, ado lesum pipi, kurang apo lagi cubo?”(jelas Ani padaku dan semakin membuat aku terbayang akan kasih Landy).
”apo iyo ni?”(tanyaku agak nggak percaya).
”iyo zah, trus dio jawab “yo dak, geklah aku pikir-pikir dulu”.(sambung Ani yang semakin meyakinkan aku).
Aku hanya tersenyum, berfikir, ternyata perhatiannya hari jum’at itu emang benar untuk dekati aku. Aku semakin bahagia, aku semakin yakin dia yang dulu telah kembali dihadapanku. Aku semakin tergiur dengan kebahagiaan cinta. Namun, keraguan mengusikku lagi, aku bagai tenggelam dalam keraguan yang sangat dalam. Ragu akan perasaanku juga perasaannya. Apa memang yang kurasa cinta atau hanya rasa sayang, aku merasa ini hanyalah sebuah permainan.
Hari yang cukup melelahkan, hari ini hari sabtu. Matahari nampak memancarkan cahayanya dengan cerah. Mentari seolah mengetahui yang kurasa saat ini. Gelisah, bimbang, benci, cinta, dan sayang merasuk kedalam hatiku. Kali ini aku semakin terdiam, tersentak bagai terkejut, hanya berfikir dalam hati dengan tingkahku yang diam, perlahan aku mengerutkan kening dan perlahan mencoba tersenyum meski itu bukan perasaan nyata dari lubuk hatiku. Aku berkata dalam hati, begitu sering hati ini tersakiti, apa harus aku merasa tersakiti setiap aku mencintai seseorang, apa mesti aku meneteskan air mata mutiaraku ini ketika aku merasa tersakiti, haruskah aku mencoba pendam rasaku, dan haruskah aku paksakan kehendak batinku mencoba tersenyum meski itu bukan bahagia. Sekarang sosok lelaki itu memang berada dihadapanku, tapi apa dengan dia hadir dihadapku itu tanda bahwa dia mencintai aku. Tidak, dia tidak datang dengan cinta, dia hadir bawa luka, meski awalnya indah tapi sekarang aku mengetahui bahwa dia memang ingin buat aku bahagia tapi bahagia tidak seperti yang aku pinta. Dia memang menyayangi aku tapi mungkin tidak mencintai aku, entah aku tidak tau, begitupun dia belum pernah menyatakan cinta itu.
Mengetahui itu membuat aku menyesal, menyesal telah mengenalnya, menyayanginya, dan mungkin mencintainya, hingga sekarang aku sangat sulit melupakannya, sangat sulit membencinya, tapi untuk mencintainya begitu mudah aku rasakan. Membuat aku terbuai dalam kasih sayangnya, memaksa aku mencintai dirinya, memaksa aku untuk tidak melupakannya, dan memaksa aku mengubur kisah saat bersamanya. Membuat aku seakan bertanya pada nuraniku, pada batin hatiku, betapa bimbangnya hati ini dengan semua rasaku juga rasanya. Hatiku seolah menjawab tanyakku, menyuruh aku untuk melupakan saat bersamanya dan mengganti saat bersamanya itu dengan kebersamaan orang lain.
Aku hanya terdiam dalam lamunanku, mencintai seseorang tidak harus memiliki, meski itu sangat menyakitkan. Aku yakin cintaku ada  yang memiliki meski itu bukan dirinya tapi aku sangat yakin bahwa ada seseorang yang menyayangi aku lebih darinya. Hari ini, menit ini, dan detik ini aku berkata keras dalam hati, aku pasti bisa melupakan sosok lelaki seperti dia, yang selalu membuat aku tenggelam dalam keindahan juga keraguan akan perasaan sayang atau cinta.
Hening malam menyambut kesunyian hatiku, sepi hati ini tiada yang mengisi hanyalah desah nafas yang terdengar, detakan jarum jam didinding kamarku seperti detakan jantung hatiku. Malam ini terasa sangat dingin, angin malam berhembus menemani kesendirianku. Mungkin hanya angin inilah yang tau betapa dinginnya hatiku tak diselimuti lagi oleh sayang orang itu. Semua telah berakhir. Duhai angin malam, sampaikan salamku untuk dia, biarkan dia merasakan bahwa aku mencintainya, biarkan dia merasakan lewat hembusan anginmu. Bisikkan padanya bahwa aku tidak pernah menyesal telah menyayanginya ataupun mencintainya, tapi yang aku sesali karena aku telah mengenalnya, semua ini adalah kesalahan waktu. Waktulah yang salah telah mempertemukan aku dan dia ditempat yang salah. Kini sampaikanlah padanya, izinkan aku menghapus semua tentangnya dan menjauhlah dari kehidupanku. Ketahuilah, meski aku mengalirkan rasaku layaknya air sampai dia menyadarinya, sampai rasa itu hilang dengan sendirinya, namun aku akan tetap menyayangi dan mencintainya.

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top