Tulisan ini di tulis di tengah kesibukkanku menyelesaikan skripsiku. Lama sekali membuat blog ini tak berpenghuni, lama pula tak ku tegur sosokmu yang begitu tak kuanggap sebagai orang dekatku. Dan kesadaranku itu kemudian menyeruak dalam kesedihan yang begitu dalam....
Kamu apa kabar kawan? lama sekali kita tidak berbincang-bincang di sosmed. Kesibukan kita yang semakin memuncak membuat kita tak sadar bahwa kita sudah jauh. Jarak kita yang memang cukup jauh juga status kita yang hanya sebatas teman akrab. Ini bukan melulu soal hati yang patah, ini lebih dari sekedar sakit hati, ini tentang persahabatan yang tak jua aku sadari hingga kehilangan yang memelukku. Entah kau pula merasa sama, atau hanya aku yang menganggapmu sebagai sahabat jauhku....
Kita teman akrab, pernah sekelas di awal SMA, hanya 1 tahun saja. Iya, tapi aku menyadari kamu dekat denganku, kutegaskan lagi walaupun itu hanya satu tahun lamanya. Sosokmu begitu dekat, hingga tak 1 kelas lagi pun aku masih merasa dekat denganmu, entah apakah kaupun merasa sama? 3 tahun lamanya, kita pun harus melanjutkan study masing-masing. Terakhir pula aku bertemu denganmu dan sempat kuminta kau berfoto denganku. Sadar atau tidak, itulah foto terakhir aku bersama denganmu....
3 tahun lamanya pula, sore itu aku mendapatkan kabar tak baik. Kamu pergi, ya, kamu pergi selamanya. Bagaimana mungkin wanita sepertiku tak panas matanya, tak bergetar bibirnya, tak resah hatinya mendengar kabar yang begitu mengejutkan? Sangat berharap bahwa itu hanya berita kosong, sibuk kucari informasi dan kudapati bahwa hal itu benar adanya. Mataku memang hanya panas, tak sampai tumpah mutiaranya, tapi tak ada yang tau bahwa rasa yang aneh itu pun muncul dalam hatiku dan menetap di sana.
Malam pun tiba, terngiang-ngiang dalam fikiranku tentang kamu. Entahlah, begitu saja semuanya berlulu lalang dalam fikiranku, dalam ingatanku tentang masa kita dulu di SMA. Memang singkat sekali, tapi tak banyak yang tau, bahwa hal singkat itu sangat berkesan untukku. Kulihat semua foto-foto kita, semua chattingan kita, video buatanmu, kebaikkanmu, kekonyolanmu, aneh, cerdas, lucu, dan semua tentang kamu. Aku rindu menggodamu dengan memanggil sebutan "qaqa fegi", aku rindu chatting denganmu. Dan sekarang, ruang chatting itu kosong tak berpenghuni.
Malam itu juga, tak ada yang tau bahwa untuk pertama kalinya, aku ikhlas membiarkan mutiaraku mengalir adanya hanya untuk kamu. Tak ada yang tau kan bahwa aku merasa aneh malam itu juga, timbul perasaan yang begitu aneh dan aku sadar bahwa aku baru saja kehilangan orang sepertimu. Sudah kubilang, tak ada yang tau tentang keberkesananku selama kenal denganmu. Tak ada yang bisa aku lakukan malam itu, selain membiarkan bibirku komat-kamit berdoa untukmu di sana. Sahabatku, aku sangat ikhlas mendoakanmu hingga mutiaraku pun tak sanggup ditampung lagi. Taukah kamu bahwa itu bukti bahwa aku sangat merasa kehilanganmu.
Singkat sekali kawan, kamu pergi begitu cepat, kurang lebih 3 tahun kita tidak pernah bertemu usai acara perpisahan SMA. Semakin jauh sekali kamu sekarang kawanku yang hebat, bahkan kami tidak bisa melihatmu lagi untuk selamanya.
Sahabatku yang hebat, dulu kamu pernah berkata tentang tulisanku di blog ini, kamu bilang akan menjadikan sebuah komik. Rasanya sekarang aku ingin menagih itu darimu. Kamu ingat?
Esoknya, kuputuskan untuk datang ke rumahmu untuk memuaskan rindu yang kian memuncak hingga kau pun tak bisa merasakan rindu itu. Rasa tak sabar sekali aku ingin datang ke rumahmu, mengingat terakhir kali ke rumahmu adalah ketika buka bersama alumni kelas X. Kamu masih ingat? Hari itu, aku datang dengan perasaan yang tak karuan, takut, resah, haru. Suasana yang berbeda dari yang dulu. Rumahmu masih sama seperti dulu, tapi tak kudapati kamu yang dulu. Di sini seperti hampa, entahlah.
Kudapati kamu sudah tidur nyenyak sekali kawan, berselimut rapi seakan kau kedinginan. Kamu tak menyambut kedatangan kami kawan, kamu terbujur kaku. Sungguh, aku tak bisa menyaksikan ini, untung saja mataku bisa diajak berteman untuk tidak tumpah ruah airnya. Sungguh betapa tak lagi kami menyaksikan kekonyolanmu, kreatif, dan anehnya tingkahmu.  
Pandangku tak lepas dari selimut yang menutupmu, rasanya ingin sekali membukanya dan membangunkanmu kawan. Penuh harapku pula saat itu kamu bangun kembali. Tapi kembali lagi kataku tadi, tak ada yang bisa aku lakukan selain membiarkan bibirku komat-kamit mendoakanmu di sana. Kemudian, kami memutuskan untuk melihatmu terakhir kalinya. Kawanku, kamu tampan sekali dengan wajah yang bersih berseri dengan senyum yang mengulum di bibirmu. Apakah itu tanda kamu sedang melihat pintu surga? Begitu ikhlas sekali kamu pergi kawan.
Aku melihat ibumu, ayahmu, dan kakakmu, mereka begitu tegar, kuat. Ibumu tak lagi menangis, pula ayah dan kakakmu dan alangkah lancangnya jika aku menangis di depan sana. Tapi saat kusaksikan ayahmu mengelus kening dan menciummu beberapa kali sambil berucap lembut, sungguh, mataku terasa panas dan ingin sekali menumpahkannya. Sempat kulihat teman yang lain, mereka jua sama sepertiku, ketika hampir saja tumpah, kukedipkan saja beberapa kali, syukur tak jadi.
Semua proses pemakaman kuikutkan, sangat jelas pula aku melihatmu untuk terakhir kali. Membiarkan memoriku merekam hal ini untuk dijadikan sebagai kenangan yang tak akan pernah aku lupakan. Duhai sahabatku, sungguh, tak sanggup sekali aku melihatmu terbujur kaku tak berdaya itu. Kamu sudah pergi dan sekarang hidup di alam lain. Sungguh kawan, kamu begitu sangat dekat denganku sekarang, dan masih tak bisa kupercaya, kamu benar-benar pergi dan daku benar-benar merasa kehilanganmu.....
Sudah kubilang, entah diposisikan apa aku di dalam kehidupanmu, teman biasa atau sahabatmu. Aku merasa begitu sangat kehilanganmu, dekat atau tidak lagi, akrab atau tidak kamu tetaplah sahabatku yang hebat, kreatif, aneh, cerdas, ketahuilah, aku sangat kehilanganmu....
Sekarang, tak ada yang bisa kami lakukan selain mendoakanmu, tak ada yang bisa membantu selain doa. Tak ada yang bisa mengobati rindu kami padamu selain doa pula. Kami sangat merindukanmu sobat. Kami sadar pula bahwa rindu itu akan menjadi-jadi ketika kepergianmu begitu cepat dan sangat tak disangka ini. Dimana kamu sekarang sahabat kamu yang hebat?
Sahabatku yang hebat, bagaimana kabarmu sekarang di sana? Masih ingat kami di sini?
Sahabatku yang kuat, bagaimana malammu di sana? Sendirian dan tak punya teman?
Sahabatku yang tampan, bagaimana kehidupanmu yang baru? Sebenarnya kamu pun belum usai bertemu denganmu dalam dimensi yang fana ini, tapi Pemilikmu sudah memelukmu sekarang.
Sahabatku yang baik, bagaimana kamu disana?
Sahabatku, betapa kamu harus tau, semua teman sekolahmu, teman kuliah, guru-guru, dosen, terlebih lagi keluargamu merasa sangat kehilanganmu. Kenapa kamu pergi? kenapa kamu meninggalkan cerita yang belum usai pula kamu tulis? Kenapa kamu menyelesaikan hidup yang belum kamu selesaikan pula?
Sahabatku, kami sangat merindukan karya-karyamu, kami sangat merindukan kekonyolanmu. Kuyakinkan diri bahwa kamu sejati dihati kami, kamu abadi.
Sahabatku, Fegi Yoza Agazi, sekarang kamu sudah pergi dan kami semua tak tau bagaimana cara berkomunikasi denganmu lagi. Kami tak kan pernah bisa melihatmu lagi, dan kami hanya bisa diberi 1 cara untuk mengobati rindu, yakni mendoakanmu. Sahabat kami, sungguh, betapa kusesali kepergianmu. Maafkan aku, sempat kesal dan marah ketika tak bisa kau membantuku untuk urusan skripsiku ini. Betapa egoisnya aku, memang. Dan sangat aku sesali, ketika sadar, bahwa kau pula tengah berjuang melawan penyakitmu. Maafkan aku....
Sahabatku, sungguh, tak tau lagi bagaimana caranya aku berkomunikasi memohon maaf atas kesalahan yang aku perbuat. Mungkin, inilah penyebab mengapa aku masih saja menangisimu setelah 2 hari berlalu. Aku masih merasa sangat kehilanganmu. Kamu tau? kamu sempat mampir dalam mimpi malamku ketika terakhir kali kamu menginap di rumahmu sendiri sebelum kamu pun pulang ke tempat keabadianmu. Kau nampak sama seperti awal SMA, konyol dan aneh. Aku ingin melihatmu lagi kawan, aku sangat merindukanmu.....
Sahabatku, sungguh, kau takkan bisa merasakan bagaimana tegangnya sidang skripsi, bagaimana kamu mempunyai pekerjaan yang membuatmu sukses, bagaimana nanti kamu melamar wanitamu, bagaimana nanti kamu akan menikah, bagaimana nanti kamu menjadi seorang ayah. Kamu tidak akan pernah merasakan hal itu. 
Sahabatku, sekarang kau sibuk dengan urusan barumu di sana, dan kami pun harus tetap melanjutkan cerita dengan tidak meniadakanmu dalam kisah selanjutnya. Kamu abadi, sejadi di hati kami, kamu tetap hidup di hati kamu. Walau tak lagi bisa kita berkomunikasi, tapi kamu, karya-karya hebatmu sejati dalam kenangan kami. Tenang di sana, diampuni dosa-dosamu, serta diltempatkan di tempat yang layak di sisi-Nya. AAMIIN. Selamat jalan kawan, calon sarjana hebat. Kami akan sangat merindukanmu.
Sungguh, banyak sekali yang kamu tinggalkan kawanku yang hebat dan ternyata kami sangat kehilangan hal apapun yang menyangkut tentang dirimu. Kita keluarga, dan kami begitu menyayangimu..... 
Teruntuk sahabat kami, Fegi Yoza Agazi Bin M. Zamil, Al Fatihah.........
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diposting oleh






0 komentar:
Posting Komentar